Senin, 06 Juni 2016

TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL



DEFINISI DAN TEORI  KOMUNIKASI INTRAPERSONAL

A.    Definisi Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Menurut Lance Morrow dalam majalah Time (1998) mengatakan bahwa “berbicara dengan diri sendiri sering kali merupakan hal yang yang tidak bermartabat-pikiran jahat, pembenaran terhadap diri sendiri, serta maki-makian”. Sedangkan menurut Joan Aitken dan Leonard Shedletsky (1997) menyatakan bahwa komunikasi intrapersonal sebnarnya lebih dari itu. Komunikasi macam ini melibatkan banyak penilaian akan perilaku orang lain.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Namun, pada tahun 1992, Pengertian tentang ‘communication intrapersonal’ itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual (misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses dan akhirnya tidak dapat dipertahankan. Secara umum, komunikasi intrapersonal tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga jenis lain proses komunikasi. Titik keseluruhan adalah bahwa rekonstruksi proses mental batin kita dalam bahasa dan idiom percakapan sehari-hari masyarakat sangat dipertanyakan, lemah di terbaik.


Elemen-elemen konsep diri di dalam komunikasi intrapersonal:
1.      Konsep diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk, dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap, dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep diri seseorang itu tidak baik pula.
2.      Karakteristik sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan kita dengan orang lain (ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
3.      Peran sosial
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri, atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).
4.      Identitas diri yang berbeda
Identitas berbeda atau multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.
·         Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita tentang persepsi orang lain terhadap kita (meta persepsi).
·         Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala konsep diri memperlihatkan siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi apa' (idealisasi diri).

Ada tiga level dalm aktifitas komunikasi Intrapersonal, diantaranya :
1.      Internal discourse, merupakan aktifitas individu yang berkaitan dengan kerja berpikir, berkonsentrasi, dan kerja analisis tentang sesuatu.
2.      Solo vocal communication, merupakan aktifitas komunikasi antarpersonal seperti berbicara diri sendiri demi memperjelas apa yang seseorang pikirkan dan mengubahnya sebagai pesan yang dapat dikirimkan bagi sesama.
3.      Solo written communication, merupakan komunikasi antarpersonal-menulis untuk diri sendiri (catatan harian).

Dalam komunikasi intrapersonal terjadi pengolahan informasi yang meliputi sensasi, persepsi, memori, dan bepikir.
a.       Sensasi berasal dari “sense”, artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Menurut Benyamin B. Wolman (1973:343) sensasi adalah pengalaman elementer bayang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.
b.      Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Menurut (Desiderato, 1976:129) persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagaian persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.
c.       Memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir.mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisa pesan dan pengolahan pesan.
d.      Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.


B. Teori-Teori Komunikasi Intrapersonal
1)      The Decay Theory (Teori Peluruhan)
Teori Peluruhan pertama kali diciptakan oleh Edward Thorndike dalam bukunya The Psychology of Learning  pada 1914. Teori ini menyatakan bahwa jika seseorang tidak mengakses dan menggunakan representasi memori, hal itu membentuk jejak memori yang akan memudar atau membusuk dari waktu ke waktu.
Teori Peluruhan menyatakan bahwa memori memudar karena berlalunya waktu. Oleh karena itu informasi hilang dengan berjalannya waktu serta kekuatan memori, menipis. Ketika seseorang belajar sesuatu yang baru, maka jejak memori dibuat. Namun, seiring berjalannya waktu,  jejak ini perlahan-lahan akan hancur.
Secara aktif berlatih mengingat informasi diyakini menjadi faktor utama menangkal peluruhan ingatan. Hal ini dipercaya karena neuron mati secara bertahap karena usia, namun beberapa kenangan yang lebih tua dapat lebih kuat dari kenangan yang terbaru. Dengan demikian, teori peluruhan sebagian besar mempengaruhi sistem memori jangka pendek, yang berarti kenangan yang lebih tua (dalam memori jangka panjang) lebih tahan terhadap guncangan atau serangan fisik pada otak.
Hal ini menyatakan bahwa perjalanan waktu saja tidak dapat menyebabkan lupa, dan Teori Peluruhan juga harus memperhitungkan beberapa proses yang terjadi pada lebih banyak waktu yang berlalu.
Asumsi dasar teori peluruhan adalah bahwa memori menjadi semakin pudar dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali. Informasi yang disimpan meninggalkan jejak-jejak memori yang bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam kesadaran, maka akan rusak atau menghilang.

2)  Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)
Teori Pengolahan informasi dikembangkan oleh Richard Atkitson dan Richard Shiffrin (1968). Sejak tahun 1950-an, perubahan besar terjadi di bidang Psikologi yang kemudian dikenal sebagai Revolusi Kognitif. Revolusi kognitif mengambil bentuk sebagai apa yang sekarang dikenal sebagai "Psikologi Kognitif". Bidang psikologi telah membebaskan diri dari pandangan behavioris yang dominan pada tahun 1950. Revolusi ini memiliki dampak besar pada teori dan penelitian di bidang psikologi, serta disiplin ilmu lainnya, seperti interaksi manusia-komputer, faktor manusia dan ergonomi. Secara keseluruhan, teori pengolahan informasi membantu membangun kembali proses pemikiran internal sebagai daerah yang sah dari penelitian ilmiah.
Sebuah metafora yang diadopsi oleh cognitivists saat ini adalah komputer, yang berfungsi untuk menyediakan peneliti petunjuk penting dan arah dalam memahami otak manusia dan bagaimana proses informasi. Banyak psikolog dan peneliti percaya bahwa Teori Pengolahan Informasi dipengaruhi oleh komputer, dalam pikiran manusia mirip dengan komputer. Namun, saat ini metafora pikiran sebagai komputer telah memudar. Analogi ini memiliki banyak kekuatan, bahwa manusia memiliki toko memori yang berbeda dan informasi ditransfer dari satu toko ke toko lain, namun tidak sedikit untuk benar-benar menjelaskan bagaimana proses bekerja dan dengan demikian telah berkurang popularitasnya.
Menurut teori pengolahan informasi, memori melalui proses encoding (proses meletakan informasi dalam memori), storage (proses menyimpan informasi dalam memori), dan retrieval (proses menemukan kembali informasi yang disimpan dalam memori).
Namun dalam proses tersebut terlibat pula tiga sistem memori yang berbeda, yaitu memori sensorik (penyimpanan sementara yang dibawa panca indra), memori jangka pendek (short-term memory), dan memori jangka panjang (long-term memory). Informasi akan selalu diterima oleh memori sensorik, kemudian  akan diteruskan ke dalam memori jangka pendek dan yang lain hilang. Dari memori jangka pendek ada proses seleksi untuk diteruskan ke memori jangka panjang, sedangkan yang tidak diteruskan akan dilupakan.
Terdapat dua macam memori: memori ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik.
Supaya dapat diingat, informasi harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada memori jangka pendek. Memori jangka pendek hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi. Jumlah bit informasi disebut rentangan memori (memori span). Untuk meningkatkan kemampuan memori jangka pendek, para psikolog menganjurkan kita untuk mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Bila informasi dapat dipertahankan pada memori jangka pendek, ia akan masuk pada memori jangka panjang. Inilah yang umumnya disebut sebagai ingatan. Memori jangka panjang meliputi periode penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup.
  
Ada empat asumsi dasar dari teori pengolahan informasi yaitu:
·         Berpikir
Proses berpikir meliputi kegiatan dari persepsi stimuli eksternal, pengkodean yang sama dan menyimpan data sehingga dirasakan dan dikodekan dalam relung mental seseorang.
·         Analisis rangsangan
Ini adalah proses di mana rangsangan disandikan yang diubah agar sesuai dengan kognisi otak dan proses interpretasi untuk memungkinkan pengambilan keputusan. Ada empat sub-proses yang membentuk aliansi yang menguntungkan untuk membuat otak tiba pada suatu kesimpulan mengenai rangsangan dikodekan telah menerima dan terus disimpan. Keempat sub-proses yaitu encoding, strategization, generalisasi dan otomatisasi.
·         Modifikasi Situasional
Ini adalah proses dimana seorang individu menggunakan pengalamannya, yang tidak lain dari kumpulan kenangan yang tersimpan, untuk menangani situasi yang sama di masa depan. Dalam kasus perbedaan tertentu dalam kedua situasi, individu memodifikasi keputusan yang mereka ambil selama pengalaman mereka sebelumnya datang dengan solusi untuk masalah yang agak berbeda.
·         Evaluasi Kendala
Langkah ini menyatakan bahwa selain tingkat perkembangan individu, sifat hambatan atau masalah juga harus dipertimbangkan saat mengevaluasi intelektual, pemecahan masalah dan kecerdasan kognitif. Kadang-kadang, informasi yang tidak perlu dan menyesatkan dapat membingungkan.

3) Teori Interferensi (Interference Theory)
Teori interferensi adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena  informasi lainnya menghalangi hal yang ingin diingat. Ini menyatakan gangguan yang terjadi ketika belajar sesuatu yang baru menyebabkan lupa dari bahan yang lebih tua, atas dasar persaingan antara keduanya. Teori ini, bersama dengan teori kemerosotan (decay theory), diajukan sebagai sebab-sebab mengapa manusia dapat melupakan sesuatu.
Bergstrom, seorang psikolog Jerman, adalah orang yang melakukan studi pertama tentang interferensi pada tahun 1892. Eksperimennya itu mirip dengan tugas Stroop dan mata pelajaran yang diperlukan untuk memilah dua deck kartu dengan kata-kata menjadi dua tumpukan. Ketika lokasi itu berubah menjadi tumpukan kedua, pengurutan lebih lambat. Ini menunjukkan bahwa aturan pemilahan pertama mengganggu pembelajaran aturan pemilahan baru. Bergstrom bersama Georg Muller Elias dan Pilzeker pada tahun 1900 mempelajari Interferensi retroaktif.
Perkembangan utama berikutnya datang dari seorang psikolog Amerika dengan nama Benton J. Underwood tahun 1915 . Underwood menemukan bahwa lebih banyak daftar yang belajar, semakin sedikit daftar terakhir yang dipelajari dipertahankan setelah 24 jam.
Pada tahun 1924, James J. Jenkins dan Dallenback menunjukkan bahwa pengalaman sehari-hari dapat mengganggu memori dengan percobaan yang menghasilkan resistensi yang lebih baik selama periode tidur lebih dari pada jumlah waktu yang sama yang ditujukan untuk aktivitas. Pada 1932 dengan John A. McGeoch menunjukkan bahwa teori peluruhan harus diganti oleh Teori Interferensi. Pergeseran paradigma terbaru utama datang ketika Underwood mengusulkan bahwa inhibisi proaktif adalah lebih penting daripada inhibisi retroaktif dalam akuntansi untuk melupakan.
Menurut teori interferensi, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Misalkan pada kanvas pertama sudah terlukis suatu teori, segera setelah itu kita mencoba merekam teori lainnya. Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman pertama atau mengaburkannya.
Asumsi dasar dari Teori Interferensi adalah bahwa memori yang tersimpan utuh tetapi tidak dapat diambil karena persaingan diciptakan oleh informasi yang baru diperoleh.
Ada 3 komponen utama dari Teori Interferensi :
·           Gangguan Proaktif
Terjadi apabila informasi yang diterima sulit untuk diingat karena adanya pengaruh ingatan yang lama (masa lalu). Contoh gangguan proaktif yaitu  jika Anda pertama kali belajar materi dalam kuliah psikologi kemudian mengikuti kuliah sosiologi untuk mempelajari materi yang sama tetapi berbeda, dengan demikian memori Anda dari bahan sosiologi terganggu karena masih mengingat materi psikologi.
·           Gangguan Retroaktif
Terjadi apabila informasi yang baru diterima menyebabkan sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori. Contoh gangguan retroaktif adalah pemain ski yang baik memiliki kesulitan setelah belajar snowboard. Teknik untuk snowboarding dapat mengganggu teknik ski.  Hal ini menyebabkan pemain ski mengalami kesulitan mengingat keterampilan sebelumnya. 
·           Gangguan Output
Terjadi ketika tindakan awal mengingat informasi mengganggu pengambilan informasi yang asli. Contoh di mana gangguan output mungkin terjadi adalah jika salah satu telah menciptakan daftar item untuk membeli di toko kelontong, tapi kemudian lupa untuk mengambil daftar ketika meninggalkan rumah. Tindakan mengingat beberapa item dalam daftar yang menurunkan kemungkinan mengingat item lainnya pada daftar itu.

SUMBER :

Littlejohn, S.W. (1996). Theories of Human Communication, Fifth edition. Belmont CA: Wadsworth.

Littlejohn, S.W. (1996). Theories of Human Communication, Fifth edition. Belmont CA: Wadsworth.

Littlejohn, S.W. (1996). Theories of Human Communication, Fifth edition. Belmont CA: Wadsworth.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar