DEFINISI DAN TEORI KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
A. Definisi Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi
di dalam diri komunikator sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi
yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri pribadi melalui proses-proses
psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat
berlangsungnya komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa
yang terjadi ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk
mengenal diri mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh
melalui proses persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang
yang mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Menurut Lance Morrow dalam majalah Time (1998) mengatakan bahwa “berbicara
dengan diri sendiri sering kali merupakan hal yang yang tidak
bermartabat-pikiran jahat, pembenaran terhadap diri sendiri, serta
maki-makian”. Sedangkan menurut Joan Aitken dan Leonard Shedletsky (1997)
menyatakan bahwa komunikasi intrapersonal sebnarnya lebih dari itu. Komunikasi
macam ini melibatkan banyak penilaian akan perilaku orang lain.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan sehari-hari dalam upaya
memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo’a, bersyukur, instrospeksi diri
dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati nurani kita, mendayagunakan
kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif. Pemahaman diri pribadi ini
berkembang sejalan dengan perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita.
Kita tidak terlahir dengan pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita
selama ini memainkan peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri
pribadi ini.
Kesadaran pribadi (self awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu
pada identitas spesifik dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran
diri adalah konsep diri, proses menghargai diri sendiri (self esteem), dan
identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Namun, pada tahun 1992, Pengertian tentang ‘communication intrapersonal’
itu sendiri adalah ambigu: banyak definisi tampak melingkar karena mereka
meminjam, menerapkan dan dengan demikian mendistorsi fitur konseptual
(misalnya, pengirim, penerima, pesan, dialog) ditarik dari komunikasi
antar-orang normal, tidak diketahui entitas atau orang -bagian yang diduga
melakukan ‘intrapersonal’ tukar, dalam banyak kasus, sebuah bahasa yang sangat
pribadi yang mengemukakan, setelah analisis, ternyata benar-benar dapat diakses
dan akhirnya tidak dapat dipertahankan. Secara umum, komunikasi intrapersonal
tampaknya timbul dari kecenderungan untuk menafsirkan proses mental batin yang
mendahului dan menyertai perilaku komunikatif kita seolah-olah mereka juga
jenis lain proses komunikasi. Titik keseluruhan adalah bahwa rekonstruksi
proses mental batin kita dalam bahasa dan idiom percakapan sehari-hari
masyarakat sangat dipertanyakan, lemah di terbaik.
Elemen-elemen
konsep diri di dalam komunikasi intrapersonal:
1.
Konsep diri
Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri, biasanya hal
ini kita lakukan dengan penggolongan karakteristik sifat pribadi, karakteristik
sifat sosial, dan peran sosial.
Karakteristik pribadi adalah sifat-sifat yang kita miliki, paling tidak
dalam persepsi kita mengenai diri kita sendiri. Karakteristik ini dapat
bersifat fisik (laki-laiki, perempuan, tinggi, rendah, cantik, tampan, gemuk,
dsb) atau dapat juga mengacu pada kemampuan tertentu (pandai, pendiam, cakap,
dungu, terpelajar, dsb.) konsep diri sangat erat kaitannya dengan pengetahuan.
Apabila pengetahuan seseorang itu baik/tinggi maka, konsep diri seseorang itu
baik pula. Sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu rendah maka, konsep
diri seseorang itu tidak baik pula.
2.
Karakteristik
sosial
Karakteristik sosial adalah sifat-sifat yang kita tamplikan dalam hubungan
kita dengan orang lain (ramah atau ketus, ekstrovert atau introvert, banyak
bicara atau pendiam, penuh perhatian atau tidak pedulian, dsb). Hal hal ini
memengaruhi peran sosial kita, yaitu segala sesuatu yang mencakup hubungan
dengan orang lain dan dalam masyarakat tertentu.
3.
Peran sosial
Ketika peran sosial merupakan bagian dari konsep diri, maka kita
mendefinisikan hubungan sosial kita dengan orang lain, seperti: ayah, istri,
atau guru. Peran sosial ini juga dapat terkait dengan budaya, etnik, atau
agama. Meskipun pembahasan kita mengenai 'diri' sejauh ini mengacu pada diri
sebagai identitas tunggal, namun sebenarnya masing-masing dari kita memiliki
berbagai identitas diri yang berbeda (mutiple selves).
4.
Identitas
diri yang berbeda
Identitas berbeda atau multiple selves adalah seseorang kala ia melakukan
berbagai aktivitas, kepentingan, dan hubungan sosial. Ketika kita terlibat
dalam komunikasi antarpribadi, kita memiliki dua diri dalam konsep diri kita.
·
Pertama persepsi mengenai diri kita, dan persepsi kita
tentang persepsi orang lain terhadap kita (meta persepsi).
·
Identitas berbeda juga bisa dilihat kala kita
memandang 'diri ideal' kita, yaitu saat bagian kala konsep diri memperlihatkan
siapa diri kita 'sebenarnya' dan bagian lain memperlihatkan kita ingin 'menjadi
apa' (idealisasi diri).
Ada tiga
level dalm aktifitas komunikasi Intrapersonal, diantaranya :
1.
Internal discourse, merupakan aktifitas individu yang
berkaitan dengan kerja berpikir, berkonsentrasi, dan kerja analisis tentang
sesuatu.
2.
Solo vocal communication, merupakan aktifitas
komunikasi antarpersonal seperti berbicara diri sendiri demi memperjelas apa
yang seseorang pikirkan dan mengubahnya sebagai pesan yang dapat dikirimkan
bagi sesama.
3.
Solo written communication, merupakan komunikasi
antarpersonal-menulis untuk diri sendiri (catatan harian).
Dalam komunikasi intrapersonal terjadi pengolahan informasi yang meliputi
sensasi, persepsi, memori, dan bepikir.
a.
Sensasi berasal dari “sense”, artinya alat
pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya.
Menurut Benyamin B. Wolman (1973:343) sensasi adalah pengalaman elementer
bayang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolis, atau
konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.
b.
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Menurut (Desiderato, 1976:129) persepsi adalah memberikan makna pada
stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah
jelas. Sensasi adalah bagaian persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna
informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori.
c.
Memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi
baik persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) maupun berpikir.mendalami
psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisa pesan
dan pengolahan pesan.
d.
Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi
untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.
B. Teori-Teori
Komunikasi Intrapersonal
1) The Decay Theory (Teori Peluruhan)
Teori Peluruhan pertama kali
diciptakan oleh Edward Thorndike dalam bukunya The
Psychology of Learning pada 1914. Teori ini menyatakan bahwa jika
seseorang tidak mengakses dan menggunakan representasi memori, hal itu
membentuk jejak memori yang akan memudar atau membusuk dari waktu ke waktu.
Teori Peluruhan menyatakan bahwa memori memudar
karena berlalunya waktu. Oleh karena itu informasi hilang
dengan berjalannya waktu serta kekuatan memori, menipis. Ketika seseorang belajar sesuatu yang baru, maka jejak
memori dibuat. Namun, seiring berjalannya waktu, jejak ini perlahan-lahan
akan hancur.
Secara aktif berlatih mengingat
informasi diyakini menjadi faktor utama menangkal peluruhan ingatan. Hal ini
dipercaya karena neuron mati secara
bertahap karena usia, namun beberapa kenangan yang lebih tua dapat lebih kuat
dari kenangan yang terbaru. Dengan demikian, teori peluruhan sebagian besar
mempengaruhi sistem memori jangka pendek, yang berarti kenangan yang lebih tua (dalam memori jangka panjang) lebih tahan terhadap guncangan atau serangan fisik
pada otak.
Hal ini menyatakan bahwa perjalanan
waktu saja tidak dapat menyebabkan lupa, dan Teori
Peluruhan juga harus memperhitungkan beberapa proses yang terjadi pada lebih
banyak waktu yang berlalu.
Asumsi dasar teori peluruhan adalah
bahwa memori menjadi semakin pudar dengan berlalunya waktu bila tidak pernah
diulang kembali. Informasi yang disimpan meninggalkan jejak-jejak memori yang
bila dalam jangka waktu lama tidak ditimbulkan kembali dalam kesadaran, maka
akan rusak atau menghilang.
2)
Teori Pengolahan Informasi (Information Processing Theory)
Teori Pengolahan informasi
dikembangkan oleh Richard Atkitson dan Richard Shiffrin (1968). Sejak tahun
1950-an, perubahan besar terjadi di bidang Psikologi yang kemudian dikenal
sebagai Revolusi Kognitif. Revolusi kognitif mengambil bentuk sebagai apa yang
sekarang dikenal sebagai "Psikologi Kognitif". Bidang psikologi telah
membebaskan diri dari pandangan behavioris yang dominan pada tahun 1950. Revolusi
ini memiliki dampak besar pada teori dan penelitian di bidang psikologi, serta
disiplin ilmu lainnya, seperti interaksi manusia-komputer, faktor manusia dan
ergonomi. Secara keseluruhan, teori pengolahan informasi membantu membangun
kembali proses pemikiran internal sebagai daerah yang sah dari penelitian
ilmiah.
Sebuah metafora yang diadopsi oleh
cognitivists saat ini adalah komputer, yang berfungsi untuk menyediakan
peneliti petunjuk penting dan arah dalam memahami otak manusia dan bagaimana
proses informasi. Banyak psikolog dan peneliti percaya bahwa Teori Pengolahan
Informasi dipengaruhi oleh komputer, dalam pikiran manusia mirip dengan
komputer. Namun, saat ini metafora pikiran sebagai komputer telah memudar.
Analogi ini memiliki banyak kekuatan, bahwa manusia memiliki toko memori yang
berbeda dan informasi ditransfer dari satu toko ke toko lain, namun tidak
sedikit untuk benar-benar menjelaskan bagaimana proses bekerja dan dengan
demikian telah berkurang popularitasnya.
Menurut teori pengolahan informasi,
memori melalui proses encoding (proses meletakan informasi dalam memori),
storage (proses menyimpan informasi dalam memori), dan retrieval (proses
menemukan kembali informasi yang disimpan dalam memori).
Namun dalam proses tersebut terlibat
pula tiga sistem memori yang berbeda, yaitu memori sensorik (penyimpanan
sementara yang dibawa panca indra), memori jangka pendek (short-term memory),
dan memori jangka panjang (long-term memory). Informasi akan selalu diterima
oleh memori sensorik, kemudian akan diteruskan ke dalam memori jangka
pendek dan yang lain hilang. Dari memori jangka pendek ada proses seleksi untuk
diteruskan ke memori jangka panjang, sedangkan yang tidak diteruskan akan
dilupakan.
Terdapat dua macam memori: memori
ikonis untuk materi yang kita peroleh secara visual, dan memori ekosis untuk
materi yang masuk secara auditif (melalui pendengaran). Penyimpanan disini
berlangsung cepat, hanya berlangsung sepersepuluh sampai seperempat detik.
Supaya dapat diingat, informasi
harus dapat disandi (encoded) dan masuk pada memori jangka pendek. Memori
jangka pendek hanya mampu mengingat tujuh (plus atau minus dua) bit informasi.
Jumlah bit informasi disebut rentangan memori (memori span). Untuk meningkatkan
kemampuan memori jangka pendek, para psikolog menganjurkan kita untuk
mengelompokkan informasi; kelompoknya disebut chunk.
Bila informasi dapat dipertahankan
pada memori jangka pendek, ia akan masuk pada memori jangka panjang. Inilah
yang umumnya disebut sebagai ingatan. Memori jangka panjang meliputi periode
penyimpanan informasi sejak semenit sampai seumur hidup.
Ada empat asumsi dasar dari teori pengolahan informasi
yaitu:
·
Berpikir
Proses
berpikir meliputi kegiatan dari persepsi stimuli eksternal, pengkodean yang
sama dan menyimpan data sehingga dirasakan dan dikodekan dalam relung mental
seseorang.
·
Analisis rangsangan
Ini adalah
proses di mana rangsangan disandikan yang diubah agar sesuai dengan kognisi
otak dan proses interpretasi untuk memungkinkan pengambilan keputusan. Ada
empat sub-proses yang membentuk aliansi yang menguntungkan untuk membuat otak
tiba pada suatu kesimpulan mengenai rangsangan dikodekan telah menerima dan
terus disimpan. Keempat sub-proses yaitu encoding, strategization, generalisasi
dan otomatisasi.
·
Modifikasi Situasional
Ini adalah
proses dimana seorang individu menggunakan pengalamannya, yang tidak lain dari
kumpulan kenangan yang tersimpan, untuk menangani situasi yang sama di masa
depan. Dalam kasus perbedaan tertentu dalam kedua situasi, individu memodifikasi
keputusan yang mereka ambil selama pengalaman mereka sebelumnya datang dengan
solusi untuk masalah yang agak berbeda.
·
Evaluasi Kendala
Langkah ini
menyatakan bahwa selain tingkat perkembangan individu, sifat hambatan atau
masalah juga harus dipertimbangkan saat mengevaluasi intelektual, pemecahan
masalah dan kecerdasan kognitif. Kadang-kadang, informasi yang tidak perlu dan
menyesatkan dapat membingungkan.
3) Teori Interferensi (Interference Theory)
Teori
interferensi adalah sebuah teori yang
menyatakan bahwa manusia lupa bukan karena kehilangan memori tetapi karena informasi lainnya
menghalangi hal yang ingin diingat. Ini menyatakan gangguan yang terjadi ketika
belajar sesuatu yang baru menyebabkan lupa dari bahan yang lebih tua, atas
dasar persaingan antara keduanya. Teori ini, bersama dengan teori kemerosotan (decay theory),
diajukan sebagai sebab-sebab mengapa manusia dapat melupakan sesuatu.
Bergstrom, seorang
psikolog Jerman, adalah orang yang melakukan studi pertama tentang interferensi
pada tahun 1892. Eksperimennya itu mirip dengan tugas Stroop dan mata
pelajaran yang diperlukan untuk memilah dua deck kartu dengan kata-kata menjadi
dua tumpukan. Ketika lokasi itu berubah menjadi tumpukan kedua, pengurutan
lebih lambat. Ini menunjukkan bahwa aturan pemilahan pertama mengganggu
pembelajaran aturan pemilahan baru. Bergstrom bersama Georg Muller Elias dan Pilzeker pada tahun 1900 mempelajari Interferensi
retroaktif.
Perkembangan
utama berikutnya datang dari seorang psikolog Amerika dengan nama Benton J. Underwood tahun 1915 . Underwood menemukan bahwa lebih banyak
daftar yang belajar, semakin sedikit daftar terakhir yang dipelajari
dipertahankan setelah 24 jam.
Pada tahun
1924, James J. Jenkins dan Dallenback menunjukkan bahwa pengalaman
sehari-hari dapat mengganggu memori dengan percobaan yang menghasilkan
resistensi yang lebih baik selama periode tidur lebih dari pada jumlah waktu
yang sama yang ditujukan untuk aktivitas. Pada 1932 dengan John A. McGeoch
menunjukkan bahwa teori peluruhan harus diganti oleh Teori Interferensi. Pergeseran
paradigma terbaru utama datang ketika Underwood mengusulkan bahwa inhibisi
proaktif adalah lebih penting daripada inhibisi retroaktif dalam akuntansi
untuk melupakan.
Menurut teori
interferensi, memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah
lukisan pada meja lilin atau kanvas itu. Misalkan pada kanvas pertama sudah
terlukis suatu teori, segera setelah itu kita mencoba merekam teori lainnya.
Yang kedua akan menyebabkan terhapusnya rekaman pertama atau mengaburkannya.
Asumsi dasar dari Teori Interferensi
adalah bahwa memori yang tersimpan utuh tetapi tidak dapat diambil karena
persaingan diciptakan oleh informasi yang baru diperoleh.
Ada 3 komponen utama dari Teori
Interferensi :
·
Gangguan Proaktif
Terjadi apabila informasi yang diterima sulit untuk diingat karena adanya
pengaruh ingatan yang lama (masa lalu). Contoh gangguan proaktif yaitu
jika Anda pertama kali belajar materi dalam kuliah psikologi kemudian mengikuti
kuliah sosiologi untuk mempelajari materi yang sama tetapi berbeda, dengan
demikian memori Anda dari bahan sosiologi terganggu karena masih mengingat
materi psikologi.
·
Gangguan Retroaktif
Terjadi apabila informasi yang baru diterima menyebabkan sulit mencari
informasi yang sudah ada dalam memori. Contoh gangguan retroaktif adalah pemain
ski yang baik memiliki kesulitan setelah belajar snowboard. Teknik untuk
snowboarding dapat mengganggu teknik ski. Hal ini menyebabkan pemain ski
mengalami kesulitan mengingat keterampilan sebelumnya.
·
Gangguan Output
Terjadi ketika tindakan awal mengingat informasi mengganggu pengambilan
informasi yang asli. Contoh di mana gangguan output mungkin terjadi adalah jika
salah satu telah menciptakan daftar item untuk membeli di toko kelontong, tapi
kemudian lupa untuk mengambil daftar ketika meninggalkan rumah. Tindakan
mengingat beberapa item dalam daftar yang menurunkan kemungkinan mengingat item
lainnya pada daftar itu.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar